Senin, 21 Mei 2012

DASAR-DASAR BIOLOGIS PERILAKU

DASAR-DASAR BIOLOGIS PERILAKU

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Pada Mata Kuliah
Psikologi Umum Jurusan PAI – A Semester III

MAKALAH







Diajuakan Oleh: 
Kelompok II

Bahrul Ulum



FAKULTAS TARBIYAH DAN ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )



 2011 M/1433 H
Dasar-Dasar Biologis Prilaku

A.  Pendahuluan
Kehidupan kita setiap hari adalah penuh dengan contoh-contoh yang menunjukan peran yang dimainkan oleh otak dalam perilaku. Dibawah ini adalah beberapa kejadian yang menyentuh kehidupan manusia.
Seseorang mempunyai teman yang dioperasi untuk mengangkat tumor dari sisi kanan otaknya. Dia sembuh dari operasi itu. Tetapi dalam proses pengangkatan tumor, operasi tersebut mengenai cerebral cortex dari hemisphere kanan dari otaknya. Hasilnya adalah kelemahan dan paralysis parsial dari sisi kiri tubuhnya. Harapannya, temannya akan sembuh dari kehilangan kekuatan tangan kanan dan kaki kirinya.
Aspek lain dari biologi perilaku adalah studi tentang hubungan antara perilaku dan peristiwa-peristiwa mental-ingatan ( memory ), belajar, persepsi, motivasi dan bicara-dan proses dalam nervus system ( sistem syaraf ) khusunya dalam otak.
Cabang psikologi yang membicarakan tentang aktivitas sistem syaraf di hubungkan dengan perilaku dan pengalaman disebut dengan banyak nama: Fisiologikal Psikologi, Biologikal Psikologi, Biopsikologi Neuropsikologi, Psikobiologi, dan Psikofisiologi.  
B.  Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.[1]
Adapun yang disebut tingkah laku mempunyai arti yang lebih kongkrit dari pada jiwa. Karena itu, maka tingkah laku lebih mudah dipelajari daripada jiwa dan melalui tingkah laku, kita dapat mengenal seseorang. Termasuk dalam tingkah laku disini adalah perbuatan-perbuatan yang terbuka maupun tertutup.
Tingkah laku yang tertutup adalah tingkah laku yang hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui alat-alat atau metode khusus, misalnya berfikir, sedih, berhayal, bermimpi, takut, dan sebagainya. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang dapat diketahui secara langsung dari orang yang bersangkutan, misalnya berbicara, bercakap-cakap, dan sebagainya.[2]
Dalam psikologi masa kini, kedua jenis tingkah laku tersebut sama pentingnya, tetapi dahulu ada aliran-aliran yang hanya mementingkan tingkah laku yang terbuka saja, misalnya behaviourism, dan aliran tertutup seperti aliran psikologi intropeksi.[3]
C.  Studi Masalah Keperilakuan
Studi sistematik terhadap masalah keperilakuan, terutama mengenai perilaku manusia secara keseluruhan, komunitas tertentu atau perilaku manusia dalam hubunganya dengan objek-ebjek fisik bukan manusia diluar dirinya, dapat dilakukan melalui pendekatan tunggal atau pendekatan antar disiplin.
Untuk dapat melakukan studi sistematik terhadap masalah keperilakuan, peneliti sosial harus memahami minimal tiga hal, yaitu konsep dasar, metode pencarian, dan pentingnya studi; hal ini sejalan dengan konsep studi-studi sosial sebagaimana dikemukakan oleh Skeel ( 1979 ) memang hanya mewakili beberapa cabang saja dari ilmu sosial secara keseluruhan. Namun demikian, prinsip dasar dari pengkajian atau studi sistematik mengenai masalah keprilakuan  dari disiplin lain dalam lingkup ilmu sosial dapat mengikuti kerangka berpikir tersebut.
Lebih jauh, peneliti yang ingin melakukan studi masalah keperilakuan, disamping harus memahami fokus studi, juga harus memahami mengenai informasi yang diperlukan dalam rangka memecahkan masalah menjadi fokus, untuk selanjutnya menyusun generalisasi.[4]
D.  Tingkah Laku Kelompok
Ada dua teori yang menerangkan tingkah laku kelompok, teori pertama adalah yang dikemukakan oleh ahli-ahli psikologi dari aliran-aliran klasik, yang berpendapat bahwa unit terkecil yang dipelajari psikologi adalah inddividu.[5]
Oleh karena itu, kelompok tidak lain adalah sekumpulan individu dan tingkah laku kelompok adalah gabungan dari tingkah laku-tingkah laku individu- individu secara bersama-sama. Teori kedua adalah teori yang bertolak belakang dengan teori pertama yang diajukan oleh seorang sarjana psikologi Prancis bernama Gustave Le Bon ( 1841-1931 ) dalam bukunya yang terkenal “ Psychlogy des Foules” ( 1895 ). Dalam teorinya , Le Bon mengatakan bahwa bila dua orang atau lebih berkumpul di suatu tempat tertentu, mereka akan menampilkan prilaku yang sama sekali berbeda dari pada ciri-ciri tingkah laku individu-individu itu masing-masing.
Demikian juga kelompok orang tidak mempunyai sifat-sifat yang ada pada anggota-anggota kelompok itu. Oleh kerena itu, menurut teori jiwa kelompok ini, suatu kelompok merasa dan bertindak berbeda dari masing-masing individu. Sebagai anggota kelompok seorang dapat saja melakukan hal-hal yang luar biasa yang tidak pernah dilakukannya kalau dia sedang berada sendirian. Sama halnya dengan orang yang berada dalam pengaruh hipnotis. Itulah sebabnya banyak orang tua dan guru bertanya- tanya, mengapa jagoan-jagoan tawuran yang ganas sekali mencelurit lawannya, ketika di rumah justru sangat baik membentu orang tua. Tidak pernah melawan, dan rajin beribadah.[6]
E.  Ciri- Ciri Tingkah Laku Intelegen
Menurut Effendi & Praja, beberapa ciri tingkah laku yang intelegen ialah sebagai berikut:
1.      Purposeful behavior, artinya tingkah laku yang intelegen, selalu terarah pada tujuan atau mempunyai tujuan yang jelas.
2.      Organized behavior, artinya tingkah laku yang terkoordinasi atau tidak acak-acakan.[7]
3.      Physical well  toned behavior, artinya memiliki sifat jasmaniah yang baik, penuh tenaga dan tangkas atau lincah.
4.      Adaptable behavior, artinya tingkah laku yang luas fleksibel, tidak statis dan kaku, tetapi selalu siap untuk mengadakan penyesuaian/perubahan terhadap situasi yang baru.
5.      Success oriented behavior, artinya tingkah laku yang didasari perasaan aman, tenang, gairah, dan penuh kepercayaan akan sukses/optimis.
6.      Clearly motivated behavior, artinya tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhannya dan bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.
7.      Rapid behavior, artinya tingkah laku yang efesien, efektif, dan cepat atau menggunakan waktu yang singkat.
8.      Broad behavior, artinya tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan luas yang meliputi sikap dasar serta jiwa yang terbuka.[8]
F.   Tinjauan Tethadap Perilaku
Pada umumnya, perilaku dapat ditinjau secara sosial, yaitu pengaruh hubungan antara organisme dengan lingkungannya terhadap perilaku; intrapsikis, yaitu proses dan dinamika mental/ psikologis yang mendasari prilaku; serta biologis yaitu proses-proses dan dinamika yang syaraf faali ( neural-fisiologis ) yang ada dibalik suatu prilaku. Ketiga tinjauan ini sama pentingnya dan mendapat perhatian yang sama besarnya.[9]
G. Sel-Sel Tubuh
Tubuh kita dibekali dengan sel-sel yang berfungsi sebagai penerima rangsang ( receptor ); penerus rangsang ( adjustor ) dan sel-sel penanggap rangsang ( affector ).[10]
Dengan berfungsinya ketiga jenis sel-sel tubuh ini, organisme dapat menerima rangsang ( bunyi ) dan menanggapinya secara tepat ( berbunyi ). Secara skematis, ketiga jenis sel tubuh ini dapat di rinci sebagai berikut:
                                            Penerima                penerima rangsang thermal ( suhu )
    Penerima rangsang mekanis
   Penerima rangsang kimiawi
   Penerima rangsang phodk ( sinar warna )
SEL-SEL TUBUH       penerus                sel-sel syaraf                        otot-otot
                                                           Penanggap                                   glandula ( kelenjar )                                                                                            
                                      Skema sel-sel tubuh kita.[11]
H.  Sistem Syaraf Kita
Sistem syaraf kita terbagi menjadi dua, yaitu sistem syaraf pusat, yang terdiri dari sel-sel syaraf di otak dan di sumsum tulang belakang; serta sistem syaraf tepi ( perifer ) yang terdapat dalam semua organ lain dalam tubuh manusia.                                                                           
Sistem syaraf pusat berfungsi mengkoordinasi perilaku. Perilaku yang kompleks di koordinasi oleh otak dan yang sederhana ( seperti refleks ) oleh sumsum tulang belakang. Sistem syaraf tepi tidak memiliki fungsi koordinasi. Tugas utamanya adalah menyalurkan rangsang – rangsang yang diterima baik dari dalam maupun dari luar tubuh ke sistem syaraf pusat.[12]
Sel-sel syaraf yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf tepi ke sistem syaraf pusat disebut afferent; dan yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf pusat ke sistem tepi disebut efferent. 
a.      Otak Manusia
Otak memiliki ­+10 milyar sel syaraf atau + 90 % dari seluruh sel syaraf yang ada pada tubuh kita. Kalau tempurung kepala dibuka akan terlihat sebuah benda setengah padat, seperti jamur keriput, dan berwarna abu-abu kemerahan. Lapisan teratas yang tebalnya +1/2 inci, merupakan kumpulan berjuta-juta syaraf yang disebut Cortex. Inilah pusat pengelolaan segala hal kita pikirkan, rasakan, dan lakukan.
Penerimaan rangsang di hantar ke korteks melalui jalur sensoris dan perintah dari cortex ke organ-organ tubuh disalurkan lewat jalur motorik. Dalam cortex terdapat pusat bicara ( Daeraah Broca ), pusat penglihatan, dan pusat penciuman serta pengecapan. Gangguan pada pusat ini akan mengakibatkan gangguan pada organ-organ yang bersangkutan.
Bila otak dilihat dari atas, maka akan nampak dua bagian yang simetris. Kedua belahan yang nampaknya mirip benar ini di sebut hemisfer cerebrum kiri dan kanan. Hemisfer yang domonan disebut hemisfer mayor dan yang tidak domonan di sebut hemisfer monor.[13]
b.      Sumsum Tulang Belakang dan Sistem Syaraf Otonom
Sumsum tulang belakang atau medulla spinalis merupakan penghubung antara otak dengan semua bagian tubuh. Disini juga disalurkan impuls-impuls maupun dari otak lewat jalur sensoris dan motoris. Selain itu, sumsum tulang belakang mengkoordinasi reflex, yaitu suatu prilaku yang mempertahankan diri yang terjadi jauh lebih cepat dari pada gerak sadar.
Untuk tugas ini, ia dibekali dengan organ-organ sensorik, yaitu indera, dan serabut syaraf sensorik yang menghantar impuls-impuls inderawi tersebut ke bagian yang menerima di medulla spinalis.
c.       Sistem Endokrin
Selain sistem syaraf pusat, tubuh kita memiliki sistem lain yang berfungsi membantu sistem syaraf pusat sekaligus dapat mempengaruhi tingkah laku. Inilah sistem endokrin, yang terdiri dari rangkaian kelenjar ( glandula ) yang dapat mengeluarkan cairan kimiawi tertentu langsung ke dalam darah. Banyak sedikitnya cairan kimiawi ini, disebut hormon, sangat menentukan fungsi tubuh manusia dan akhirnya menentukan perilaku. Kelenjar-kelenjar itu, dapat disebutkan beberapa di antaranya yang terpenting:
1.      Kelenjar gondok ( thyroid ): mengeluarkan hormon trioksin yang membantu mengatur metabolism tubuh.
2.      Kelenjar pituitary:  mengeluarkan hormon pitutiari yang bekerjasama dengan hipotalamus ikut mengatur berbagai reaksi emosional individu.
3.      Kelenjar adrenal: menghasilkan hormon adrenalin yang dikeluarkan atas pengaruh hormon pitutiari pada saat seorang sedang stress.
4.      Kelenjar kelamin ( gonad ): yang menghasilkan hormon-hormon yang mempengaruhi perilaku seksual.
5.      Kelenjar pancreas: menghasilkan insulin yang mengatur kadar gula dalam darah.[14]
I.     Kesimpulan
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Perilaku ditinjau secara sosial, yaitu pengaruh hubungan antara organisme dengan lingkungannya terhadap perilaku; intrapsikis, yaitu proses dan dinamika mental/ psikologis yang mendasari perilaku; serta biologis yaitu proses-proses dan dinamika yang syaraf faali ( neural-fisiologis ) yang ada dibalik suatu perilaku.
Sel-sel syafaf yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf tepi ke sistem syaraf pusat disebut afferent; dan yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf pusat ke sistem tepi disebut efferent.
Sistem endokrin, yang terdiri dari rangkaian kelenjar ( glandula ) yang dapat mengeluarkan cairan kimiawi tertentu langsung ke dalam darah. Banyak sedikitnya cairan kimiawi ini, disebut hormon, sangat menentukan fungsi tubuh manusia dan akhirnya menentukan perilaku. Yaitu antara lain: Kelenjar Gondok ( thyroid ), Kelenjar pituitary, Kelenjar Adrenal, Kelenjar Kelamin, Kelenjar Pancreas

DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarman.( 1997 ). Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Prilaku. Jakarta: Bumi Aksara
Fauzi, Ahmad.( 2004 ). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia
Irwanto.( 2002 ). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Prenhallindo
Sarwono, Sarlito W.( 2009 ). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers
Sobur, Alex.( 2003 ). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia


[1] www.peutuah.com/konsep-dasar-prilaku-manusia.
[2]Ahmad Fauzi, Psikologi Umum ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2004 ), h.13
[3]Ahmad Fauzi, Op.Cit., h.13

[4]Sudarawan Danim, Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Prilaku ( Jakarta: Bumi Aksara, 1997 ), h.35.
[5] Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum ( Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009 ), h.208
[6] Sarlito W. Sarwono, Op.Cit., h.208-209
[7] Alex Sobur, Psikologi Umum ( Bandung: Pustaka Setia, 2003 ),h.160
[8] Alex Sobur, Op.Cit., h.160
[9]Irwanto, Psikologi Umum ( Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002 ), h.21
[10] Ibid
[11]Irwanto, Op.Cit.,h.21-22
[12] Ibid
[13]Irwanto, Op.Cit., h.22-25
[14] Irwanto, Op.Cit., h.26-28.